Moral dan Peradaban Menurut Ibn Khaldun

Abu Zayd ‘Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadhrami atau yang lebih dikenal dengan Ibn Khaldun (1332-1406M) berpendapat bahwa peradaban adalah seperti makhluk hidup yang memiliki umur. Ia bermula dari fase kelahiran, remaja, menua lalu mati.

Selengkapnya...

Kendalikan Nafsumu

13 Muharram
Sahabat yang baik,
jangan coba menyerah untuk kendalikan nafsu
dan jangan menyerah untuk mencoba bersabar dalam meluruskan rayuan nafsu.

Ketahuilah! Ia tidak pernah bosan untuk meminta, menuntut dan memenuhi semua keinginannya.
Nafsu seperti anak kecil yang terus merengek dan untuk itulah ia mesti disapih dengan baik.
Senanglah mendidik nafsu dengan ilmu dan mintalah pertolongan Alloh dari keburukan nafsu.

Berdoalah, Wahai yang membolak balikan hati, tetapkanlah hati kami diatas petunjuk agamamu dan diatas ketaatan kepadaMu.


www.harisanusi.com Selengkapnya...

Pribadi Cahaya

Sahabat, Sebagaimana pribadi berasal dari cahaya maka ia senang dengan cahaya dan membenci kegelapan,

dzikir malam dan siang adalah cahaya, ilmu adalah cahaya dan ia nyaman dengan lingkungan penuh cahaya bukan keremangan, samar-samar apalagi kegelapan.

Semoga sahabat adalah cahaya itu!


www.harisanusi.com Selengkapnya...

Tasawwuf dan Wali Menurut Syeikh Hasyim Asy’ari

Oleh: Kholili Hasib

SYEIKH Hasyim Asy’ari, pendiri NU, menjelaskan tentang hakikat tasawwuf serta penyimpangannya dalam dua kitab yaitu, Risalah Ahlis Sunnah wal Jama’ah dan Al-Dhurar al-Muntatsirah fi al-Masa’il al-Tis’a ‘Asyarah. KitabAl-Dhurar ditulis oleh Syeikh Hasyim Asy’ari khusus mengkaji tentang wali dan tariqah tasawwuf.
Dalam dunia tasawwuf – juga dalam cabang-cabang ilmu lain – dalam kenyataannya memang terdapat cendekiawan palsu yang membelokkan jalan dari aturan syariah. Dalam bidang tasawwuf ini menurut Syeikh Hasyim juga terdapat orang yang merusak konsep tasawwuf. Peringatan adanya jahlatul mutashawwifah (orang-orang bodoh yang mengaku bertasawwuf) disebutkan oleh Syeikh Hasyim dalam Risalah Ahlis Sunnah wal Jama’ah. Ciri-ciri  mereka disebutkan menganut paham ibahiyyah (aliran menggugurkan kewajiban syariat untuk maqom tertentu), reinkarnasi, manunggaling kawulo(Syeikh Hasyim Asy’ari,Risalah Ahlis Sunnah wal Jama’ah, hal. 12).


Kewajiban syari’at bagai penganut tariqah sufi dan para sufi tetaplah wajib dijalankan, dimanapun, kapapun dan dalam keadaan apapun. Syeikh Hasyim menolak jika kewajiban syariat Nabi Muhammad itu terpakai untuk orang tertentu dan terbatas pada waktu tertentu. Orang yang meymakini gugurnya syariat pada orang dan waktu tertentu dikatakan sebagai orang yang mendustakan dan merendahkan al-Qur’an yang agung (istihza anil Qur’anil ‘adzim).


Selengkapnya...

Kami Bersyukur Maka Kami Bekerja

Sahabat perindu surga,

Kita paham bahwa rezeki tidak akan tertukar
maka kita tenang dalam kerja keras yg diupayakan

Dan terus berSYUKUR,
SYUKURlah yg menjadikan kita berbahagia.

Berdoalah : Ya Alloh, tolonglah kami untuk selalu bersyukur kepadaMu

Selengkapnya...