Alhamdulilah kita selalu dipertemukan dalam forum-forum seperti ini untuk merujuk kepada sumber-sumber asasi kita, Al Qur’an dan Assunnah, semoga kita selalu mendapatkan petunjuk.
Hari dan jam yang akan tentukan prestasi dakwah kita semakin dekat, hitung mundurnya semakin kecil. Di DPP ada banner hitung mundur sd 9 April 2014. Itu ibarat ajal yang telah ditentukan. Tempo yang telah disepakati.
Mumpung pasar masih buka, lewat tgl 9 April pasar sudah tutup, dagangan sudah tidak laku, maka gunakan pasar ini sebaik-baiknya. Pasar yang dimaksud adalah ladang perjuangan kita mumpung masih terbuka. Calon pembeli masih ada. Barang yang kita jual masih dilirik dan masih diperhatikan orang. Jadi, kalau mau habis-habisan, waktunya sekarang ini. Jangan nanti kalau selesai tanggal 9 April. Kalau sudah lewat, hari pasaran nunggu 5 tahun lagi. Situasi ini harus difahami bahwa sekaranglah saatnya. Kita bicara partai, orang tidak akan bicara macam-macam. Kita mengkampanyekan diri, tidak dipandang aneh karena ini lagi pasarannya.
Yang harus kita persiapkan di hari pasaran ini ada 3 hal :
I. Di hari pasar ini yang harus dipastikan adalah isi hati kita
Bahwa yang mengisi hati ini adalah ikhlas lii’lai kalimatillah, ikhlas dalam menempuh dan meniti jalan Alloh SWT. Mari kita tata hati kita untuk konteks ini. Dan pastikan, inilah yang diketahui Alloh, meskipun Alloh Maha Tahu. Maksudnya kita lah yang memastikan itu, bahwa tak ada yang mengisi hati ini kecuali pujian untuk Alloh, untuk I’lai kalimatillah, perjuangan fi sabilillah, perjuangan untuk litakuuna kalimatullohi hiyal ulya.
Saat antum keluar rumah, mau apa? mau silaturahim cari suara, mau berkunjung ke saudara saya, teman saya, posisikan bahwa ini adalah bagian dari cara kita menerjemahkan proses menuju i’lai kalimatillah. Kenapa harus begitu? Kita akan gagah memperjuangan apa yang mesti diperjuangkan di jalan Alloh ini, kalimatulloh ini, manakala kita punya keyakinan bahwa ada sekian banyak suara aspirasi yang kita perjuangkan. Kalau di belakang kita sedikit, mereka akan mengatakan dengan bahasa seperti bahasa Fir’aun, Innahu lasyirzhimatun qoliiluun... (Itu kan suara di pojok-pojok sana. Suara-suara pinggiran yang tidak perlu diperhatikan.)
Maka dari itu mari kita tata hati bahwa yang kita lakukan adalah dalam rangka I’laai kalimatillah.
Disamping tentang menata hati sedemikian rupa, Alloh SWT kaitkan isi hati ini dengan banyak hal.
Dalam QS Maryam 96, Allah kaitkan isi hati ini, keikhlasan ini dengan respon dan sambutan publik.
Innalladziina aamanuu wa’amilushsholihaati sayaj’aluhumurrahmaanu wudda…
Dijadikan cinta kasih di antara hamba-hamba Alloh. Manakala hati kita baik, maqbul 'indalloh, maka Alloh akan panggil Jibril, ”Wahai Jibril sesungguhnya Aku mencintai Fulan, maka cintailah dia. Maka Jibril pun mencintai dia, dan Jibril membuat pengumuman di langit, bahwa Alloh mencintai fulan, maka cintailah dia. Dan penduduk langit pun mencintai dia." Kalau Alloh sudah mencintai dia, Jibril dan penduduk langit juga mencintai dia,maka orang itu di bumi ini di mana-mana diterima, direspon dan disambut. Yudhou lahu qobuulu fil ardh.
Mungkin orang memilih kita walaupun kita banyak catatan, karena mesakke, kasihan. Tidak penting bagi kita, kita dipilih karena dicintai atau karena mesakke. Yang penting adalah dipilih. Yang bisa mengatur hati adalah Alloh. Karena itu sekali lagi, pertama kali di hari pasaran ini, yang CAD, yang AD, yang kader, yang simpatisan, masing-masing kita menata hati, semua dalam rangka I’lai kalimatillah, fii sabilillah, litakuuna kalimatullohi hiyal ulya. Mungkin yang datang kepada mereka banyak, tapi yang penting adalah bagaimana Alloh mengatur hati orang untuk memastikan pilihannya kepada kita. Itu rahasiamya ada pada hati.
Dalam QS Al Anfal 70, Alloh mengaitkan kebersihan hati itu dengan 2 hal : pengganti yang lebih baik dan pengampunan dari Alloh SWT.
Yaa ayyuhanabiyyu qul liman fii aidiikum minal asro…….
Di hari perjuangan seperti ini banyak yang hilang dari kita. Sama-sama hilang, maka kita tata bahwa hilangnya itu dengan kebersihan hati. Misal, pas ada keinginan untuk beli ini-itu, namun uangnya kita gunakan untuk menyumbang biaya pemilu. Mungkin waktu kita yang hilang, mungkin juga kesempatan-kesempatan kita yang hilang, karena digunakan untuk perjuangan itu.
Tapi manakala in ya’lamillahu fii qulubikum khoiro..... jika Alloh tahu di dalam hati kita itu kebaikan yang ada, maka Alloh akan mengganti semua yang hilang itu dengan yang lebih baik. Tidak disebutkan apa gantinya itu. Asas iman itu adalah iman bil ghoib. Kalau tak iman dengan yang ghoib, hilanglah iman itu. Yang penting adalah iman. Apa yang lebih baik itu, wallohu a’lam.
Ayat ini turun berkaitan dengan Al Abbas bin Abdul Muthallib, paman Rasululloh SAW, yang sebenarnya muslim, tetapi dapat tugas khusus untuk tetap berada di kalangan kafir quraisy di Makkah, sebagai informan. Saat perang Badar, beliau terpaksa ikut rombongan orang kafir memerangi kaum muslim. Repotnya, yang tahu tugas khusus beliau sangat sedikit. Alhamdulillah, Abbas tidak terbunuh, hanya tertawan. Sampai keluar keputusan bahwa setiap tawanan kalau mau bebas, harus bayar tebusan. Abbas datang kepada Rasul, “Bukankan saya muslim, apakah bayar tebusan juga?” Namun Rasul menjawab dengan jawaban standar : "Engkau kan tawanan, kalau ingin bebas, bayarlah tebusan."
Abbas berkata, hartaku telah habis. (Rasul SAW tidak memberikan dana operasional untuk tugas khususnya di Makkah). Namun Rasul menyampaikan, “Bukankah sebelum perang Badar engkau menemui seorang wanita dengan rahasia di Makkah, dan menitipkan hartamu kepadanya, apabila engkau mati dalam perang, harta itu untuk diberikan kepada keturunanmu? Dan kalau masih hidup akan kau ambil lagi?”
Bisa dibayangkan, betapa berat perasaan Abbas. Bahkan yang rahasia pun telah dibuka oleh Alloh, hingga tak punya apa-apa lagi. Habis semua. Maka sebagai hiburan, Alloh SWT menurunkan Al Anfal ayat 90 ini. Allah akan mengganti kalau dia ikhlas dengan sesuatu yang lebih baik, dan akan diampuni. Maka Abbas pun percaya, iman bil ghoib, dan tidak bertanya-tanya lagi.
Di hari tuanya, Al Abbas ini menjadi sangat kaya. Milyuner. Ia berkata kepada generasi berikutnya, “Saya yakin, ini adalah wujud janji Alloh yang pertama. Dan saya masih menunggu janji yang kedua, yaitu ampunan."
Suka atau tidak suka, banyak yang hilang dalam perjuangan ini. Tapi yang penting, hilangnya itu by design, bukan accident, dan ikhlas agar ada ganti yang lebih baik.
Dalam Al Fath 18
Alloh kaitkan masalah hati ini dengan sakinah, kemenangan, dan ghonimah.
Laqod rodhiyallohu ‘amil mu’miniina….
Berdasarkan apa yang Alloh tahu itu, maka Alloh berikan 3 hal:
(1) Faanzalahuu sakinatan, turun ketenangan, ketentraman
Sakinah ada hubunganya dengan kata sikkin, pisau. Lihatlah ayam jago, yang ke mana-mana. Kalau sudah ketemu pisau, maka dia sakinah. Dimakan pun diam saja..
Contoh lain tentang sakinah, Waktu perang Hunain, 12 ribu pasukan muslimin melawan 4000 kafir hawazin. Saat melewati jalan yang sempit di antara dua bukit, tiba-tiba kaum muslimin dihujani panah, maka tercerai berai dan berlarian ke sana kemari. 12 ribu yang tadinya simbol keunggulan, maka di jalan sempit itu justru jadi masalah. Wa dhooqot ‘alaikumul ardhu bimaa rokhubat… Tsumma anzalalloohu sakiinatahu ala rosuulihi wa ‘alal mukminin ( QS 9 : 25-26).... Setelah sakinah turun, seakan-akan tak ingat lagi ada hujan panah saking tenangnya. Bahkan dalam siroh diceritakan, kuda-kuda pada lari menjauh dan susah digerakkan, setelah sakinah turun maka bisa diarahkan lagi, dan mereka turun dari kuda di jalan sempit itu, jalan kaki menyambut panggilan Rasululloh SAW.
Kalau tak ada sakinah, kita gampang panik.
Lihat baliho kompetitor saja panik... padahal Alloh yang atur siapa yang akan dipilih. Datang di satu tempat, keduluan orang lain, tak usah panik. Mereka punya harapan dari kedatangannya itu, namun kita pun berharap kepada Alloh.
Sakinah juga berkaitan dengan litaskunu ilaiha antara suami istri.
Tapi jangan terlalu sakinah, jadinya malah sukun, kebalikan dari harokat, mati, diam.
(2) wa atsaabahu fathan qoriibaa, Alloh mengganjar mereka dengan kemenangan yang dekat.
(3) wamaghonima katsiirotan, bukan ghonimah biasa, namun ghonimah yang sangat banyak !
Lagi-lagi dikaitkan dengan kondisi hati. Karenanya yang perlu ditata pertama adalah masalah hati.
***
II. Mari mentadabburi As Sajdah 17, dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi
Falaa ta’lamu nafsun maa ukhfiya lahum min qurroti a’yun
“Maka tidak seorangpun mengetahui apa yang disebunyikan untuk mereka yaitu ( bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan”
Pasti jiwa akan tahu, apa yang dirahasiakan dari mereka, segala hal yang membuat jiwa senang.
Dalam konteks kita, apa yang akan menyenangkan kita:
-semua kader bekerja, semua terlibat pemenangan. Itu menyenangkan. Akhirnya dapat suara banyak, itu menyenangkan. Target kursi terpenuhi, itu menyenangkan.
Tapi semua yang menyenangkan ini dikaitkan dengan jazaan bimaa kanuu ya’maluun. Sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan. Kita berkesempatan mendapat maa ukhfiya lahu, asalkan mau bekerja. Apalagi slogan kita: cinta kerja harmoni.
Rasul SAW bersabda,
“jika kiamat datang dan ada benih di tanganmu, dan masih ada kemampuan untuk menanam, maka tanamlah, karena pada menanam itu ada pahala”
Andai antum tahu dan yakin jika jam 1 siang akan mati, dan jam 12 antum dapat tugas menanam kelapa, bagaimana? Untuk apa? Sudah mau mati. Menunggu panen butuh bertahun-tahun. Tapi Rasul ajarkan, ini bahkan kiamat, yang tak ada hari lagi untuk menunggu hasil panen. Sudah sampai pada hari yang kholidiina fihaa... tapi diajarkan, tanam saja, karena dalam menanam itu ada pahala.
Maka kita pun bekerja apakah jadi suara apa tidak, entahlah, serahkan saja pada Alloh.
Rasul SAW pun memberi contoh : Rasululloh SAW punya tetangga seorang Yahudi. Dan anak si yahudi sering bermain bersama anak-anak muslim. Ternyata anak-anak pun tak luput dari perhatian Rasululloh SAW. Suatu ketika, si anak Yahudi tidak terlihat di antara anak-anak muslim. Maka Rasul SAW bertanya kepada anak-anak, dimana dia. Teman-temannya bilang, si anak Yahudi sedang sakit keras dan mungkin akan meninggal. Rasul pun menanggapi dengan serius. Rasul SAW terlihat panik dan tegang, lalu mengajak beberapa shahabat untuk menjenguk. Beliau dapati si anak sedang sakaratul maut. Maka beliau mentalqin, membaca 2 kalimat syahadat. Andai Rasul SAW politisi murni, pasti tak mau melakukan itu. Ini anak belum nyoblos. Kalaupun nyoblos, bahkan sudah mau mati.
Si anak menengok ke arah bapaknya. Mungkin bapaknya mikir juga, anaknya sedang jadi target dua kalimat syahadat, padahal sudah mau mati. Ini pasti Muhammad tidak sedang sekedar cari pengikut. Si bapak juga tidak menemukan tafsir materi. Pasti Muhammad menginginkan kebaikan untuk anaknya. Maka si bapak bilang, “Turuti saja Abul Qosim (Muhammad)”. Si yahudi tak mau menyebut nama Muhammad, karena berarti dia mengakui kenabian Muhammad sebagaimana yang namanya disebutkan dalam kitab suci mereka. Maka sang anak mengucap syahadat kemudian meninggal. Rasul SAW tampak gembira dan bersabda “Segala puji bagi Alloh yang telah menyelamatkan anak ini dari neraka”.
Jadi, kerja saja lah. Komunikasi, datangi, semoga dengan kerja ini, dengan spiritJazaa’an bimaa kanuu ya’maluun, insyaalloh Alloh akan berikan janjinya, memberikan qurrota a’yun, dengan syarat, kita harus bekerja, bekerja, dan bekerja.
***
III. QS Al Baqoroh ayat 249-252
Falamma fashola thooluutu bil junudi...
Dari cerita Thalut ini, salah satu ujian dalam perjuangan adalah kita dihadapkan pada kekuatan lawan. Pasukan Thalut dihadapkan pada fakta bahwa kekuatan jalut dahsyat dan luar biasa. Orangnya gedhe-gedhe. Dalam cerita Israiliyat dikatakan saking gedhenya, ketika 12 orang mata-mata Israel tertangkap, mereka disuruh berjalan di lengan orang-orang nya Jalut. Ini cerita Israeliyat tidak untuk diimani, terkadang isinya aneh-aneh. Seperti cerita asal usul kucing versi israeliyat…
Yang mentalnya lemah, daya juangnya lemah akan berkata laa thoqotalana.... Kita juga begitu. Jumlah kita sedikit, uang sedikit, stiker sedikit, kalender kecil-kecil. Kenyataan bahwa lawan lebih hebat itulah ujian. Yang bisa membuat kita tegak adalah manakala kita punya stok ma’nawi yang kuat. Alloh yang atur semuanya. Maka kalkulasi kita jangan pada hebatnya musuh. Yang penting kerja, hasil terserah Alloh.
Coba bayangkan, apa hebatnya Maryam, saat diminta untuk menggoyang pohon kurma, apalagi hingga kurma berjatuhan. Seberapa kuatkah... wa huzzii ilaiki bijidz’innakhlati tusaaqith alaiki ruthoban janiyya.. (QS 19 : 25). Alloh bermaksud memberikan makanan yang tepat berupa ruthob, tapi untuk itu perlu usaha, berusaha menggoyang pohon. Pohonnya goyang apa tidak, itu tidak penting. Alloh lah yang menjatuhkan kurmanya. Yang penting digoyang saja.
Dalam melihat situasi begini, 3 hal yang perlu kita pastikan, sebagaimana saat pasukan Thalut melihat pasukan jalut: Kita berdoa kepada Alloh :
Robbanaa afrigh ‘alainaa shobron
Mohon agar Alloh SWT memberikan, bahkan menumpahkan kesabaran kepada kita. Bahkan kalau kita ingin mendapatkan al falah (kemenangan), di akhir surat ali Imron disebutkan, bukan cuma shabar, tapi perlu mushabarah. Menurut tafsir Al Maududi,mushabarah artinya punya kesabaran yang mengungguli dan melebihi kesabaran para kompetitor. Kita minta kesabaran itu agar la’allakum tuflihun (diberi kemenangan).
Malam-malam mereka sosialisasi, pasang spanduk, dll itu kesabaran mereka. Kita perlu punya kesabaran yang lebih. Bahkan dikatakan oleh Al Maududi, jika kalian tak punya kesabaran 105% jangan harap mendapat kemenangan, kalau mereka punya 100%. Dalam berbagai hal kita kalah, kalau tak ditutup dengan daya juang tinggi yang lebih dari mereka, kita tak akan menang.
Itulah yang diminta oleh pasukan Thalut. Dalam bahasa lain, afrigh 'alaina shobron : karuniai kami konsistensi untuk terus bekerja.
Jangan berhenti, kendor dan nglokro.
Watsabbit aqdaamanaa
Kita harus bertahan dengan eksistensi kita. Tunjukkan kita masih ada. Jangan gara-gara yang lain begitu gegap gempita mengkampanyekan partai dan diri mereka, justru kita ngilang. Tunjukkan nahnu maujud. Kita masih ada, tidak ngilang, tidak sembunyi.
Wanshurnaa ....
Kita tetep melanjutkan upaya ekspansi kita
Manakala ini dipenuhi, dan itu yang kita mintakan kepada Alloh, maka fahazamuuhum biidznillah, bahkan waqotala dawudu jaluta... Pasukan thalut yang kecil mengalahkan tentara Jalut yang besar. Kata israiliyat, Jalut mati kena ketapel. Raksasa itu mati karena ketapel.
Mungkin tak seberapa yang kita berikan, tapi jadi suara. Di perang Badar, falam taqtuluuhum.....Tugas Rasul dan para shahabat adalah melempar. Rasul SAW begitu diserbu oleh kaum musyrikin, Rasul SAW mengambil pasir dan dilempar ke arah mereka. Yang menjadikan pasir itu kena matanya musyrikin adalah Allah. Wamaa romaita idz romaita walaakinnalloha romaa... Kena pasir seember di tubuh kita tidak apa-apa. Tapi kalau yang kena mata, 3 butir pun sudah menyakiti.
Jadi kita terus bekerja, datangi mereka, jelaskan ke mereka, ajak mereka. Jadi suara atau tidak, adalah Allah yang tentukan.
Intinya, teruslah bekerja. Kata hati kita, manakala Alloh tahu kita berhak untuk menang, maka apapun yang kita lakukan, maka itu akan mentes dan diterima oleh masyarakat.
*Disampaikan Ust Musyaffa AR (Ketua Kaderisasi DPP PKS) dalam Election UpdatePKS DIY (Ahad, 15 Desember 2013)
No comments:
Post a Comment