Mulailah dari Tujuan Akhir

Print Friendly and PDF

"Hendaklah setiap diri ini perhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya untuk menghadapi hari esok (alam akhirat)." QS. Al - Hasyr:18

Mulailah dari tujuan akhir. Demikian Stephen Covey. menyatakan salah satu kunci kesuksesan dalam menjalani hari-hari dalam kehidupan dunia ini. Tentunya, memulai tujuan akhir adalah salah satu hal yang terpenting dalam khazanah keimanan dan pengetahuan dalam Islam.
Bahkan, kita harus mengalokasikan waktu yang cukup untuk melakukan instrospeksi diri dan manajemen diri untuk kehidupan hari esok, yang jauh lebih panjang dan lebih baik dari kehidupan sekarang ini. Pertanyaannya, sudahkah kita berhenti sejenak dalam aktivitas harian kita, 15 menit saja. Untuk melihat posisi diri kita dalam mempersembahkan amal terbaik kita untuk kehidupan akhirat. Boleh jadi, ada yang ‘berhenti sejenak’ pada saat malam tahajudnya, atau diwaktu dhuhanya,atau menjelang waktu-waktu sholat lima waktunya, atau sesuai dengan pilihan anda. Yang pasti, berhenti sejenak untuk pertanggungjawaban kita ketika berdiri dihadapan Yang Mahaagung adalah tanda kecerdasan. Indahnya Sang Nabi saw, bertutur, orang cerdas itu adalah orang mampu mengendalikan jiwanya dan beramal untuk kehidupan akhirat.

Mulailah dari tujuan akhir dalam melihat harta. Pena sudah kering dan kitab sudah ditutup ketika Alloh menorehkan dalam Lauh Mahfuz tentang qodho seluruh manusia, termasuk bab rizki dan harta diri kita. Maka, persfektif harta adalah yang halal, yang bermanfaat dan yang dibagikan. Maka, tidaklah akan diterima harta yang disedekahkan dari harta hasil curian. Bahkan, tidak diterima ibadah dan doa seseorang ketika pakaian yang pakai, energi tubuh pada dirinya bersumber dari harta dan makanan minuman yang haram. Disisi lain, yang dimaksud dengan harta adalah apa yang sudah engkau makan dan minum dari yang halal, apa yang engkau pakai, dalam bahasa ekonomi apa yang engkau sudah konsumsi. Dan prinsip konsumsi adalah habis, sekali pakai. Subhanalloh, Rasul saw, menambahkan, dan apa yang engkau sedekahkan dan dilanjutkan oleh beliau saw dan itulah yang akan kekal abadi yang bermakna bagi akhirat kita. Sedangkan, harta yang masih terkumpul di brankas, dompet, bank syariah, adalah sebentuk pertanggungjawaban dengan dua pertanyaan, darimana engkau dapatkan? dan untuk apa engkau keluarkan? Mudah-mudahan Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid mampu menjadi jalan untuk kemudahan keberkahan harta dalam bersedekah harian melalui Kencleng Ummat. Mulailah dari hal kecil, mulailah dari tujuan akhir.


Hari Sanusi Muhammad

Artikel Terkait



No comments:

Post a Comment